I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Cabe (Capsicum
annum L.) merupakan salah
satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia.
Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong‐terongan yang memiliki nama
ilmiah Capsicum sp. Cabe
berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara‐ negara
benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Cabe yang ditemukan
oleh Colombus memang merupakan tanaman asli Amerika Selatan.
Dari sinilah tanaman ini menyebar luas ke berbagai penjuru dunia (Anonim, 2010).
Tanaman
cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya, diperkirakan terdapat 20
spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya
hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe Besar (C. annum), Cabe Rawit (C.
frustescens), Cabe Hijau (C. annuum
var. annuum) dan Paprika (Setiadi, 2008).
Cabe cukup banyak ditanam oleh petani di Indonesia dari
dataran rendah hingga dataran tinggi (0 - 1.200 m dpl).
Tanaman cabe dapat ditanam diberbagai tipe lahan yaitu lahan sawah dan tegalan
(kering). Produktivitas yang dapat dicapai dengan menggunakan teknologi
budidaya yang sempurna adalah 10,8 ton/ha. Cabe digunakan untuk keperluan rumah
tangga dan bahan baku industri obat-obatan. Kandungan vitamin C pada buah cabe
cukup tinggi. Hal ini merupakan suatu indikator bahwa cabe dapat dikategorikan
sebagai komoditas komersial dan potensial untuk dikembangkan (Anonim, 2009).
Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga
dapat digunakan untuk keperluan industri, diantaranya Industri bumbu masakan,
industri makanan dan industri obat - obatan atau jamu. Buah cabe ini selain dijadikan sayuran
atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani.
Disamping itu tanaman ini juga berfungsi sebagai bahan baku industri yang
memiliki peluang ekspor (Anonim, 2010).
Dimusim
hujan harga cabe cenderung melambung, dengan pengelolaan tanaman secara
tradisional sulit diharapkan hasilnya yang optimal, sebab pada musim hujan
serangan hama dan penyakit sangat hebat dan adanya resiko kebanjiran. Cabe
ternyata mampu sebagai penyebab tingginya laju inflasi nasional, hal ini
mununjukkan bahwa cabe benar-benar merupakan komoditas sayuran yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga, permintaan akan cabe oleh industri dari hari ke hari terus meningkat,
seiring dengan makin maraknya industri pengolahan bahan makanan menggunakan
cabe sebagai bahan baku utamanya, misalkan sambal, saus, dan mie instan (Samadi,
1997).
Biasanya
para petani menanam cabe pada saat akhir musim penghujan agar musim kemarau
nantinya terjadi panen raya. Padahal saat panen raya biasanya harga cabe
cenderung menurun. Untuk itu, sebaiknya penanaman cabe dilakukan pada musim
kemarau agar panen dapat dilakukan pada musim penghujan. Biasanya panen pada
saat itu akan memberikan keuntungan. Ini dapat terjadi karena pemasokan cabe
sudah berkurang sehingga harga menjadi tinggi. Sekarang muncul pertanyaan,
mengapa di bulan desember serta saat puasa dan lebaran diperkirakan harga cabe
akan meningkat? Ini disebabkan curah hujan saat itu sangat tinggi sehingga
kemungkinan banyak bunga yang gagal menjadi buah sangat besar. Hal ini tentunya
akan mengurangi produksi cabe sehingga pemasokannyapun berkurang (Anonim, 2008).
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis menganggap penting melakukan praktek
kerja lapangan yang telah dilaksanakan di Kelompok Tani Maju Bersama dengan
judul “Teknik Budidaya Cabe (Capsicum annum L.)”.
1.2.
Tujuan
Praktek Lapang
Adapun tujuan dilaksanakannya praktek lapang ini adalah:
1. Meningkatkan
pengetahuan mahasiswa secara langsung dalam bidang budidaya tanaman cabe (Capsicum annum L).
2.
Mempelajari
teknik budidaya tanaman Cabe yang diterapkan di Kelompok Tani Maju Bersama.
3. Untuk
mengetahui hasil budidaya yang telah dilakukan.
4.
Menjalin
kerjasama, hubungan sosial dan interaksi positif antara mahasiswa dengan pihak
kelompok Tani Maju Bersama.
1.3.
Manfaat
Praktek Lapang
Diharapkan setelah praktek lapang ini dapat menambah
keterampilan dan memberikan pengalaman di lapangan bagi penulis tentang teknik
budidaya tanaman khususnya pada tanaman cabe (Capsicum annum L).
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Syarat
Tumbuh
2.1.1. Iklim
Iklim yang baik untuk tanaman cabe menurut Harpenas &
Dermawan (2010) adalah sebagai berikut:
a.
Curah hujan
Curah hujan yang baik pada tanaman cabe adalah 600‐1.250 mm/tahun
dengan distribusi merata. Curah hujan yang tinggi atau iklim basah tidak
terlalu baik untuk cabe karena akan menyebabkan kerontokan bakal buah,
merangsang perkembangan jamur yang berpotensi mengundang penyakit, serta bisa
membuat bunga dan buah tumbuh kecil.
b.
Suhu udara
Suhu udara yang efektif untuk cabe adalah
21°-27° C pada siang hari dan Suhu udara pada malam hari 13°‐16 ° C.
c.
Kelembaban
Kelembaban yang cocok untuk cabe adalah 70-80%, artinya tidak
terlalu lembab karena kelembaban yang tinggi atau lebih dari 80% memacu
pertumbuhan cendawan atau jamur yang berpotensi menyerang dan merusak tanaman.
2.1.2.
Media
Tanam
Menurut
Setiadi (2008) media tanam yang baik untuk tanaman cabe adalah:
a. Tanah
Tanaman cabe baik ditanam ditanah lempung berpasir atau
tanah ringan yang banyak mengandung bahan organik dan unsur hara. Namun tanaman
cabe juga dapat tumbuh dan beradaptasi baik pada berbagai jenis tanah mulai
dari tanah berpasir, lempung, tanah merah, tanah hitam bahkan dilahan gambut.
b. Derajat
keasaman (pH)
pH tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini adalah
6-7, jika kurang atau lebih dari pH tersebut maka produktivitasnya tidak
maksimal.
c. Air
Air sangat penting
bagi tanaman. Fungsinya antara lain membantu penyerapan unsur hara dari dalam
tanah oleh akar, mengangkut hasil fotosintesis dari daun kebagian tanaman,
serta melancarkan aerasi udara dan suplai oksigen dalam tanah. Keberadaan air harus
sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Lahan pertanaman yang mengalami
kekurangan air akan menyebabkan aerasi
udara dalam tanah terganggu dan suplai oksigen dalam tanah tidak lancar.
Akibatnya fungsi dan pertumbuhan akar terhambat dan berhenti, sehingga
perkembangannya tertunda. Sebaliknya bila lahan kelebihan air maka tanah akan
menjadi sangat lembab dan becek. Hal ini juga mengganggu aerasi dan suplai
oksigen. Akibatnya tanaman dapat terserang penyakit busuk akar yang dapat
menyebabkan kematian tanaman. Oleh karena itu, kandungan air dalam tanah harus
diperhatikan dengan mempertimbangkan lokasi penanamannya. Bila lahan sawah,
sebaiknya cabe ditanam pada akhir musim hujan. Sebaliknya bila lahan tegal,
sebaiknya cabe ditanam pada akhir musim kemarau.
2.1.3.
Ketinggian
Tempat
Tanaman cabe umumnya tumbuh optimum didataran rendah
hingga menengah pada ketinggian 0-800 m dpl. Cabe juga dapat tumbuh didaerah
basah dan kering atau didaerah dataran rendah hingga pegunungan sampai
ketinggian 1.300 m dpl. Pada ketinggian 1.300 m dpl cabe tumbuh sangat lambat
dan pembentukan buahnya juga terhambat (Setiadi, 2008).
2.2. Jenis-Jenis
Cabe
Cabe memiliki bermacam-macam jenis yaitu: cabe besar, cabe
keriting, cabe hijau, cabe rawit, cabe paprika, dan cabe hias. Dari semua jenis
cabe diatas, semuanya merupakan cabe untuk dikonsumsi, bahkan cabe hias
sekalipun. Saat
ini telah banyak benih Cabe Hibrida yang beredar dipasaran dengan nama varietas
yang beraneka ragam dengan berbagai keunggulan yang dimiliki. Beberapa jenis cabe yang telah dirilis ad
alah: Jet set, Arimbi, Buana 07, Somrak, Elegance 081, Horison 2089, Imperial
308 dan Emerald 2078. dan untuk Cabe Hibrida Keriting diantaranya, Papirus, CTH
01, Kunthi 01, Sigma, Flash 03, Princess 06 dan Helix 036 (Anonim, 2008).
Cabe Besar (Capsicum
annuum) atau Lombok besar memiliki banyak varietas. Di Indonesia dikenal
beberapa jenis varietas antara lain: cabe merah (C. annuum var. longum), cabe bulat (C. annuum var. grossum), dan cabe hijau (C. annuum var. annuum) (Setiadi, 2008).
Cabe
Merah Besar, terbagi: Prabu F1, Maraton F1, Kresna F1, Adipati F1, Sultan F1,
Senopati F1, Provost F1, Astina F1, dan Wibawa F1. Cabe
Rawit (C. frutescens) diantaranya,
Bara, Pelita F1, Taruna, Dewata F1, dan Juwita F1. Ada juga jenis cabe lain
yaitu paprika, cabe ini rasanya agak
manis, jenis-jenisnya adalah: Edison dan Suniya (Harpenas, A & Dermawan, R.
2010).
2.3.
Persiapan
Budidaya
Budidaya
cabe merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan agribisnis cabe, dengan
budidaya yang tepat, diharapkan hasil yang dicapai maksimal. Teknik budidaya
cabe secara intensif untuk meningkatkan produksi, diantaranya:
2.3.1. Pemilihan
lokasi tanam
Pemilihan lokasi memiliki peranan penting dalam
keberhasilan usaha agribisnis cabe. Lahan yang cocok untuk cabe, tempatnya
terbuka agar mendapat sinar matahari penuh. Untuk mendapatkan kuantitas dan
kualitas hasil yang tinggi, cabe menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya
bahan organik dan tidak mudah becek (Samadi, 1997).
2.3.2. Persiapan
lahan penanaman
Menurut Harpenas & Dermawan (2010) langkah-langkah
dalam persiapan lahan tanam adalah:
a.
Lahan
dibersihkan dahulu dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman
sebelumnya dan sampah-sampah lainnya harus disingkirkan dari areal penanaman.
b.
Tanah
dibajak atau dicangkul sedalam 30-40 cm, lalu dibentuk bedengan-bedengan
selebar 110-120 cm, tinggi 40-50 cm, dan lebar parit 60-70 cm.
c.
Disekeliling
lahan kebun cabai dibuat parit keliling dengan lebar 70 cm dan kedalaman 70 cm.
d.
Setelah
bedengan terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang yang telah matang
sebanyak 1,0-1,5 kg/ tanaman.
e.
Pada
tanah yang pH-nya rendah (tanah masam), bersamaan dengan pemberian pupuk
kandang dilakukan pengapuran sebanyak 100-125 g/tanaman.
f.
Pupuk
kandang dan kapur diaduk dengan tanah bedengan secara merata sambil dibalik,
lalu bedengan dibiarkan selama 1-2 minggu.
2.3.3. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP)
Bedengan yang sudah diolah dan telah diberi pupuk dasar
ditutupi dengan mulsa plastik hitam perak. Warna perak dari mulsa ini diletakan
dibagian atas dan hitam dibagian bawah. Alasan pemasangan mulsa plastik hitam
perak tersebut lebih baik karena plastik dapat memantulkan cahaya serta menjaga
kestabilan suhu dan kelembaban tanah sehingga menjamin kondisi yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Kebutuhan mulsa plastik ini berbeda sesuai dengan ukuran
bedengan. Ukuran bedengan 1,2 x 10 m diperlukan 1 kg mulsa plastik berukuran
lebar 1,2 cm dan panjang 22,5 m. Penanaman cabe dilakukan 20 hari setelah
pemasangan mulsa plastik (Setiadi, 2008).
2.3.4. Persemaian
dan pembibitan
Bibit diperoleh dari penyemaian benih. Benih ini dapat
diperoleh dari hasil pengeringan buah terpilih atau dari pembelian benih yang
sudah siap disemaikan. Bedengan pembibitan harus aman dari berbagai gangguan.
Salah satu caranya dengan membuat atap dari plastik transparan. Selain mencegah
terpaan dari sinar matahari langsung, atap plastik juga menjaga bedengan dari
siraman air hujan, hama dan penyakit, serta menjaga kelembaban. Beberapa
pekerjaan yang dilakukan saat pembibitan diantaranya penyiangan, penyiraman
pemupukan, serta pemeriksaan terhadap hama dan penyakit (Samadi, 1997).
Pembibitan
cabe untuk penanaman dalam pot sama halnya dengan pembibitan cabe untuk ditanam
untuk di lahan penanaman secara intensif. Namun cabe yang ditanam langsung ke
dalam pot akan berbunga dan panen lebih
cepat dari bibit yang disemai di persemaian terlebih dahulu. Hal ini di
karenakan tidak adanya masa dormansi akibat pindah tanam (Anonim, 2008).
2.3.5. Seleksi
dan perawatan bibit
Bibit yang disemaikan harus dipelihara secara rutin. Penyiraman
dapat dilakukan 1-2 kali/hari atau tergantung cuaca. Penyiraman dilakukan
secara berhati-hati. Penyiraman yang terlalu kencang akan merusak bibit,
seperti patah, rusak, dan rebah, selain itu disarankan untuk melakukan
penyemprotan pupuk daun dengan dosis rendah 0,5 g/liter air saat tanaman muda
berumur 10-15 hari setelah disemai (HSS) dan penyemprotan pestisida pada
konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan
penyakit. Setelah berumur 1-2 minggu atau telah berdaun 2-3 helai bibit
diseleksi. Pilihlah bibit yang berbatang kokoh, daun dan batang berwarna hijau
segar, serta daun sehat dan normal, bibit yang brkualitas seperti inilah yang
harus dirawat dengan baik sebelum dipindahkan kedalam lahan/kebun (Harpenas, A
& Dermawan, R. 2010).
2.4.
Penanaman
Sebelum
penanaman dilakukan, terlebih dahulu bibit diseleksi, hal ini dilakukan agar
bibit yang ditanam benar-benar bibit yang sehat dan normal. Bibit cabe yang
akan ditanam adalah berumur 3-4 minggu atau telah berdaun 4-6 helai. Waktu
penanaman yang paling baik adalah pagi atau sore hari, karena penanaman pada
siang hari Matahari sangat terik dan dapat mengakibatkan bibit akan kering dan
mudah layu. Selain itu hindari penanaman saat hujan deras karena akan dapat
merusak bibit yang masih kecil (Anonim,
2007).
2.5.
Pemeliharaan
Tanaman
Menurut Harpenas &
Dermawan (2010) langkah-langkah pemeliharaan tanaman adalah:
2.5.1. Pengairan
(Penyiraman)
Penyiraman dilakukan rutin setiap hari, penyiraman
sebaiknya dilakukan pagi dan sore hari. Pada musim hujan, tidak perlu dilakukan
penyiraman yang rutin, penyiraman dilakukan jika kondisi tanah tampak kering.
2.5.2. Pemasangan
Ajir (Turus)
Pemasangan ajir dilakukan pada saat tanaman telah besar,
untuk menopang tanaman. Umumnya pengajiran dilakukan pada saat tanaman berumur
4 minggu setelah tanam. Ajir yang digunakan biasanya berupa bilah bambu. Bilah
bambu setinggi 70-125 cm, lebar sekitar 4cm, dan tebalnya sekitar 2 cm.
2.5.3. Perempelan
Daun
Selama
masa pertumbuhan, batang cabe banyak ditumbuhi tunas-tunas baru yang dalam
perkembangannya ikut menyerap hara dari tanah. Oleh karena itu, sejak umur 8-20 hari setelah tanam,
perlu dilakukan perempelan tunas. Tunas yang dirempel adalah tunas yang keluar
dari ketiak daun dibawah cabang utama. Tunas
yang tumbuh diatas percabangan tidak dirempel.
2.5.4. Pemupukan
Tambahan (Susulan)
Pupuk susulan diberikan untuk menambah kandungan unsur
hara tanah lahan yang mungkin berkurang atau hilang karena siraman hujan. Jenis
pupuk yang dapat menambah unsur hara N, P, K dan S adalah urea, ZA, YSP/SP-36,
KCL, dan ZK. Pupuk yang dapat menambah unsur hara Ca dan Mg adalah kapur dan
dolomit. Untuk penambah unsur hara mikro umumnya digunakan pupuk organik atau
kompos (Anonim, 2008).
2.5.5. Pengendalian
Hama dan Penyakit
Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabe
dianjurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Komponen pengendalian hama
dan penyakit secara terpadu (PHPT) ini mencakup pengendalian kultur teknik,
hayati (biologi), varietas yang tahan
(resisten), fisik dan mekanik, cara kimiawi, dan peraturan-peraturan.
Pengendalian hama dan penyakit ini dilakukan dengan penyemprotan pestisida
sesuai dengan dosis yang dibutuhkan dan tepat dalam pemberian pestisida (Harpenas,
A & Dermawan, R, 2010).
2.6.
Panen
Pada dataranan rendah umumnya cabe mulai dipanen pada
umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari
sekali. Di dataran tinggi, panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari
setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali.
Umumnya, panen cabe dapat dilakukan 20-25 kali panen atau tergantung kondisi
pertanamannya. Waktu pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah embun
atau air habis terhempas dari permukaan kulit buah. Hal ini dimaksudkan agar buah yang dipetik tidak terkontaminasi
oleh mikroba pembusuk (Samadi, 1997).
2.7.
Pascapanen
Penanganan pascapanen yang baik akan mengurangi
persentase kerusakan atau kehilangan setelah panen. Penanganan pascapanen untuk
buah segar memiliki beberapa tahap, antara lain seleksi buah, sortasi buah,
penyimpanan, pengemasan, hingga pengangkutan. Berikut
teknik penanganan pascapanen yang baik menurut Samadi (1997):
1.
Sortasi
Sortasi
ini biasanya dilakukan oleh pedagang pengumpul guna untuk menyeleksi dan
memisahkan buah cabe berdasarkan grade. Pengklasifikasian grade ini biasanya
dengan pemilihan cabe yaitu dari kelas yang paling bagus, kelas yang paling
jelek, dan kelas menengah dengan kondisi buah tidak terlalu bagus dan tidak
terlalu jelek. Sortasi warna menjadi hal yang sangat penting bagi konsumen,
sehingga harus ada upaya untuk menstabilkan warna cabe sebelum dikeringkan.
2.
Penyimpanan
Pengemasan dan penyimpanan yang benar sangat diperlukan
agar mutu tetap stabil dan bisa diterima oleh konsumen. Umumnya penyimpanan
dilakukan dengan menggunakan pendinginan dengan refrigerator untuk menekan laju
proses fisiologi.
3.
Pengemasan
Pengemasan ditujukan untuk melindungi mutu produk dari
kerusakan mekanis, fisik, dan fisiologi sewaktu pengangkutan dan bongkar-muat.
idealnya kemasan harus kuat, daya lindungnya tinggi terhadap kerusakan, mudah
diatasi, aman dan ekonomis. Saat ini kotak berjeruji dari bahan plastik banyak
digunakan untuk pengemasan cabe. Ukurannya lebih seragam, mudah diperoleh,
gampang disusun, tahan banting, dan aman.
4.
Pengangkutan
Transportasi menduduki peranan penting untuk mengangkut
cabe dari lapangan ke tempat pengolahan (sortasi dan grading), pasar gudang,
hingga ke tempat konsumen. Transportasi yang baik adalah menggunakan truk atau
container yang bersistem udara terkendali, sehingga cabe relatif aman terhadap
kerusakan fisiologi, fisik dan mekanis.
III.
MATERI
DAN METODE
3.1.
Waktu dan Tempat Praktek Lapang
Praktek lapang telah dilaksanakan di Kelompok Tani Maju
Bersama beralamat di Jalan Sri kurnia, kelurahan Palas, kec. Rumbai selama 4 minggu
2 hari (144 jam) yang dimulai pada bulan Januari sampai Februari 2011.
Pelaksanaan praktek lapang disesuaikan dengan jam kerja di Kelompok Tani maju
Bersama.
3.2. Materi Praktek Lapang
Data yang diambil pada praktek lapang ini adalah data
sekunder dan primer. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung (purposive
sampling) dengan pemilik kebun. Sedangkan data sekunder terdiri dari
profil yakni kelompok Tani Maju Bersama, dari internet dan literatur/referensi yang mendukung
praktek lapang.
3.3. Metode Praktek Lapang
Metode yang digunakan dalam praktek lapang ini adalah
metode deskriptif yaitu dengan pengamatan langsung dan wawancara dengan pemilik
kebun cabe, serta ikut dalam kegiatan kerja dilapangan. Adapun responden yang
digunakan dalam praktek lapang ini ditentukan dengan sengaja (purposive Sampling)
dengan pelaku-pelaku yang terlibat dalam pengelolaan budidaya cabe.
3.4. Jadwal Kegiatan Praktek Lapang
Praktek lapang dilaksanakan selama 144 jam kerja (34 jam
per minggu) dengan perhitungan sebagai berikut:
Tabel
1. Jadwal Kegiatan Praktek
Lapang
No.
|
HARI/TGL
JAM
|
KEGIATAN
|
PARAF
|
KETERANGAN
|
1.
|
SENIN
|
|||
13.00– 15.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
15.00– 17.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
2.
|
RABU
|
|||
08.00 - 10.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
10.00– 12.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
12.00– 13.00
|
ISHOMA
|
|
|
|
13.00– 15.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
15.00– 17.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
3.
|
JUMAT
|
|||
08.00 - 10.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
10.00– 11.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
11.00– 14.00
|
ISHOMA
|
|
|
|
14.00– 15.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
15.00– 17.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
4.
|
SABTU
|
|||
08.00 - 10.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
10.00– 12.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
12.00– 13.00
|
ISHOMA
|
|
|
|
13.00– 15.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
15.00– 17.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
5.
|
MINGGU
|
|||
08.00 - 10.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
10.00– 12.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
12.00– 13.00
|
ISHOMA
|
|
|
|
13.00– 15.00
|
Jam kerja
|
|
|
|
15.00– 17.00
|
Jam kerja
|
|
|
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTEK
LAPANG
4.1.
Keadaan
Wilayah Praktek Lapang
Pekanbaru
merupakan ibu kota
provinsi Riau yang
memiliki 8 wilayah
kecamatan dengan luas wilayah 632.26 km2.
Secara geografis, kota Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101014’-101034’
BT dan 0025’- 0045’ LU.
Kota Pekanbaru terletak pada ketinggian antara 10 - 50 m/dpl, memiliki iklim tropis
dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34,1º C - 35,6º C dan suhu minimum
antara 20,2º C - 23,0º C. Curah hujan antara 38,6 - 435,0 mm/tahun. Kelembapan
maksimum antara 96% -
100% dan kelembapan minimum antara 46% - 62%. Kondisi yang seperti ini
menjadikan kota
Pekanbaru baik untuk pengembangan dan budidaya hortikultura, terutama untuk
tanaman yang dapat hidup pada iklim tropis
(Anonim, 2010).
Kelompok
Tani Maju Bersama ini terletak di jalan Kurnia kelurahan Umban Sari kecamatan
Rumbai kota Pekanbaru. Luas lahan pertanian pada kelompok tani ini adalah 49 Ha,
memiliki batas wilayah sebagai berikut: sebelah Timur berbatasan dengan Jalan
Sri Palas Rumbai Bukit, sebelah Barat berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit
warga, sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Sejahtera, sebelah Selatan berbatasan
dengan Jalan Bambu Kuning (Purwohadi,
2011).
4.2. Sejarah Berdirinya
Kelompok Tani Maju Bersama
Kelompok Tani Maju Bersama merupakan
salah satu Kelompok Tani di Propinsi Riau tepatnya di Kecamatan Rumbai.
Kelompok tani ini didirikan pada tanggal 17 januari 2008 oleh para petani palas
yang berada di Jalan Kurnia RT.01 RW.05 dan didukung oleh Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) serta Lurah Palas. Berdasarkan musyawarah dan mufakat bersama,
maka kelompok tani ini diberi nama Maju Bersama dengan ketua Purwohadi Subroto
yang beranggotakan 13 orang (Purwohadi, 2011).
Kelompok Tani Maju Bersama bergerak dibidang
budidaya tanaman hortikultura dengan berbagai jenis tanaman antara lain: pepaya,
jagung manis, kacang panjang, mentimun, paria, dan cabe. Luas lahan untuk
tanaman cabe sekitar 8,5 Ha, tanaman pepaya 6 Ha, jagung manis 17,5 Ha, kacang
panjang 12,5 Ha, mentimun 2 Ha, paria 2,5 Ha. (Purwohadi, 2011).
4.3. Struktur Organisasi CV. Anugrah Baru
Struktur organisasi Kelompok
Tani Maju Bersama dibuat berdasarkan keputusan bersama. Berdasarkan wawancara
dan pengamatan di lapangan, usaha budidaya cabe merupakan salah satu komoditi
jenis tanaman yang dibudidayakan dengan usaha berskala sedang & besar.
Berikut ini adalah bagan struktur organisasi Kelompok Tani Maju Bersama (Gambar 1).
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Jenis Cabe di Kelompok Tani Maju Bersama
Pada
kelompok Tani Maju Bersama terdapat 2 jenis cabe yang dibudidayakan yaitu: cabe
keriting yang bermerek Lado F1 dan Seminis TM999. Menurut Harpenas, A & Dermawan,
R (2010) ciri-ciri cabe Lado F1 dan Seminis TM999 adalah:
Karakteristik tanaman cabe
|
Lado F1
|
Seminis TM999
|
Tinggi
|
100
cm
|
110-120
|
Umur
panen pertama
|
90
HST
|
110
HST
|
Ukuran
buah
|
18
x 0,9 cm
|
16
x 0,7 cm
|
Warna
buah
|
Hijau
sedang-merah cerah
|
Hijau
pekat-merah cerah
|
5.2. Persiapan Budidaya Sebelum Tanam
5.1.1. Survey
dan Pemilihan Lokasi
Tanam
Hal
utama yang harus dilakukan dalam budidaya cabe menurut bapak Purwohadi (2011) adalah survey
lahan. Saat melakukan survey yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lahan budidaya
adalah air, jenis tanah dan pH, alasannya adalah: (1) Air: sumber air harus ada dan persediaan
air harus memenuhi untuk proses budidaya. Diperkebunan ini terdapat kolam dan
aliran parit yang banyak mengandung air, sehingga memenuhi syarat untuk
melakukan budidaya, (2) Jenis
tanah: Cabe dapat dibudidayakan diberbagai jenis tanah mulai dari tanah
berpasir, lempung, tanah merah, tanah hitam bahkan dilahan gambut. Namun jenis
tanah yang paling dikehendaki oleh tanaman cabe adalah tanah lempung berpasir.
Jenis tanah dilahan perkebunan cabe di kelompok tani maju bersama adalah lempung
berpasir, tanah ini sangat cocok bagi tanaman cabe karena banyak mengandung
unsur hara, dan (3) pH
tanah: Setelah dilakukan pengukuran dengan kertas lakmus maka diketahui pH
tanah dilahan penanaman adalah 5,8-6,5, ini sangat cocok bagi tanaman cabe
karena pH nya netral.
5.1.2. Persiapan
Lahan
Persiapan
lahan merupakan langkah awal untuk melakukan budidaya cabe. Lahan dibersihkan
dengan menebas kayu dan anak kayu serta rumput-rumputan, setelah kering maka
dilakukan pembakaran. Lahan dibiarkan sampai tumbuh ilalang atau rumput, kemudian
disemprot dengan herbisida dalam hal ini dipakai roundoup, karena roundoup ini adalah jenis herbisida yang
sistemik yaitu kandungannya lambat terurai tapi racunnya sampai ke akar. Dalam
2 minggu rumput akan mati, lalu dilakukan pembajakan dengan hand traktor.
5.1.3. Pembuatan Bedengan
Setelah
melakukan pembajakan langkah selanjutnya adalah pembuatan bedengan. Bedengan
dibentuk selebar 120 cm, tinggi bedeng 30-50 cm, panjang bedeng 20m dan lebar
parit 60 cm. Beri jarak antar blok/petak bedeng 2 m dan disekeliling lahan
kebun cabe dibuat parit dengan lebar 50 cm dan kedalaman 60 cm untuk pengaturan
drainase. Kemudian buat arah dan tapak bedeng, jika lahan miring maka arah
bedeng tidak boleh mengikuti arah kemiringan melainkan melintang agar saat
hujan tidak terjadi erosi atau longsor pada bedengan.
Setelah
bedengan terbentuk maka diberi pupuk dasar, adapun pupuk dasarnya adalah pupuk kandang,
NPK, UREA, ZA, dan SP-36. Teknik pemberiannya adalah pupuk kandang sebanyak 5
gerobak per bedengan, aduk pupuk kandang dengan tanah bedeng , lalu biarkan
selama 2 minggu. Beri fungisida agar bakteri, jamur dan virus mati, kemudian
biarkan selama 2 minggu. Selanjutnya beri pupuk kimia yaitu UREA 55 kg, ZA 220 kg,
NPK 147 kg, SP-36 440 kg diaduk merata, lalu campur puradan 17 kg dan borak 9 kg
aduk lagi sampai merata, kemudian dibagi 136 bedengan, maka jatah pupuk 6,5 kg
per bedengan. Timbun bedengan dengan membalikkan tanah bedengan untuk menutup
pupuk agar tidak terjadi penguapan dan tidak terkikis oleh air. jemur lahan
selama 1 bulan, kemudian pasang plastik mulsa. Buat lubang pada mulsa dengan
model segitiga untuk mengurangi kerapatan, caranya dengan memanaskan kaleng
berukuran diameter 8 cm lalu tekan diatas mulsa.
Gambar 2. Pengolahan Lahan
Penebasan kayu dan anak kayu
|
Pembakaran
|
Pembajakan lahan
|
Pembuatan
Bedeng & Pemasangan Mulsa
|
5.1.4. Penyemaian
Sebelum
melakukan penyemaian dilakukan persiapan benih dan media semai. Persiapan benih
adalah pemilihan benih, benih yang digunakan di kelompok tani maju bersama adalah
cabe keriting hibrida bermerk seminis TM999 dan Lado F1. Setelah itu lakukan pembuatan
media semai, campur tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 yakni 2
gerobak tanah dan 1 gerobak pupuk kandang, kemudian aduk dan masukkan ke
polibag persemaian.
Setelah
media semai siap, maka penyemaian dapat dilakukan. Benih yang dipilih tadi direndam
selama 2 hari dengan memberikan fungisida (benlate) sebanyak 2 mg atau
kira-kira 1 sendok teh untuk 1 L air untuk mmengantisipasi adanya jamur bawaan
dari benih. Setelah 2 hari perendaman, maka air dibuang lalu bungkus benih dengan
koran, kemudian dikering anginkan selama 1 malam. Selanjutnya tanam benih ke
polibag lalu siram dan beri insektisida disini menggunakan Curater untuk
mengantisipasi serangan serangga seperti semut.
Polibag
ditutup dengan plastik mulsa selama 4-6 hari atau saat benih sudah menjadi
kecambah, buat atap untuk persemaian untuk menghindari sinar matahari langsung,
karena tanaman masih belum tahan kontak langsung dengan terik matahari.
Melakukan penyiraman 1 kali sehari dengan hati-hati agar kecambah tidak patah dan rusak. Setelah
cabe berumur 20 hari atapnya di buka dengan bertahap yaitu mula-mula setengah
hari buka, satu hari buka, 3 hari buka, dan seminggu buka, hal ini dilakukan agar
cabe dapat beradaptasi dengan baik dan tidak mengalami stres. Saat cabe berumur
25-35 hari semai, maka cabai siap dipindahkan kelahan tanam.
Gambar
3. Penyemaian
Penutupan
Polybag
Semai
|
Umur 4 hari tutup dibuka
|
Saat
umur 7 hari
|
Umur
20 hari tutup atap dibuka
|
5.3.
Penanaman
Penanaman cabe di kelompok tani maju bersama yaitu ketika
cabe berumur 25-35 HSS (hari setelah semai). Penanaman cabe dilakukakan pada
pagi dan sore hari, karena penanaman pada siang hari matahari sangat terik dan
dapat mengakibatkan bibit akan kering dan mudah layu, selain itu hindari
penanaman saat hujan deras karena akan dapat merusak bibit yang masih kecil. Sebelum
melakukan penanaman dilakukan beberapa langkah yaitu: membuat lubang tanam dan menyeleksi
bibit yang terkena virus dan penyakit, kemudian bibit direndam digerobak dengan
fungisida disini menggunakan benlate 1mg/L kira-kira 5 menit. Selanjutnya tanam
cabe kelahan yang telah dilubangi, kemudian siram cabe dan beri insektisida
disini menggunakan puradan untuk
mengantisipasi dari gigitan atau serangan hama.
Gambar
4. Penanaman
Penyeleksian Bibit Sebelum Tanam
|
Perendaman Fungisida Sebelum Tanam
|
Penanaman
5.4.
Perawatan
5.4.1. Pengontrolan/ Pengecekan
Pengontrolan
dilakukan 2-3 kali seminggu pada pagi hari untuk melihat kondisi tanaman,
diawal tanam biasanya banyak dijumpai kesalahan dalam teknis menanam, selain
itu juga didapati tanaman yang terserang hama dan penyakit. Berikut beberapa
masalah yang dijumpai dilapangan saat awal tanam cabe yakni:
a. Layu
pada batang, hal ini terjadi akibat kesalahan teknis dalam penanaman cabe, saat
hendak mengeluarkan cabe dari polibag, batang tertekan sehingga terjadi
kelayuan pada batang kira-kira 2 cm sehingga batang kering dan akan segera
mati, ini tidak dapat diantisipasi karena kambiumnya rusak, sehingga serapan
unsur hara tidak sampai ke daun dan batang atas.
b. Batang
cabe dimakan jangkrik sehingga berbekas dan tumbang, namun biasanya cabe masih
bisa diselamatkan jika batangnya tergigit sebagian, yaitu dengan cara menopang
batang dengan kayu/bambu, namun jika batangnya tergigit sampai sekeliling
batang atau batang sampe putus sebaiknya cabe dicabut karena kambiumnya
mengalami kerusakan.
c. Tanaman
tumbang akibat menanam terlalu dangkal, saat hujan turun lebat dan angin
kencang tanah terkikis sehingga akarnya keluar dan batang akan tumbang.
d. Tanaman
terkena virus cucumber mosaic virus (CMV),
ciri-ciri tanaman yang terkena virus ini adalah daun mengecil, keriting, agak
kekuningan seperti terlihat pada Gambar 5. Tanaman yang terkena virus sangat
berbahaya jika tertanam didaerah penanaman cabe karena virus akan cepat
menular. Jika kita dapati didaerah penanaman atau sekitarnya maka tidak ada
toleransi pada tanaman ini, langsung dicabut dan dikuburkan atau dibuang jauh
dari lahan, kemudian orang yang menyabutnya tidak diperbolehkan untuk memegang
tanaman cabe lainnya guna mengantisipasi terjadinya penularan pada tanaman yang
lain.
Gambar 5. Cabe terkena
virus
|
5.4.2. Penyiraman
Pada
fase awal saat tanaman cabe masih menyesuaikan diri terhadap lingkungan penyiraman
dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari secara rutin, penyiraman
dilakukan jika kondisi tanah tampak kering dan tidak hujan. Selanjutnya
penyiraman dilakukan 3 hari sekali setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya
dalam, agar tidak terjadi kelembaban yang tinggi yang dapat mengakibatkan
serangan jamur. Penyiraman juga dilakukan saat terjadi kabut dengan menyiram
semua bagian tanaman untuk mengantisipasi serangan jamur dan endapan kabut.
5.4.3. Penyulaman/ Penyisipan
Setelah
dilakukan pengontrolan/pengecekan pada cabe maka 1 minggu setelah tanam mulai
melakukan penyulaman cabe yang dicabut, Penyulaman dilakukan secara serentak
agar tanaman seragam dan penyulaman tidak berulang-ulang. Penyulaman atau
penyisipan ini hanya dilakukan saat umur tanaman belum mencapai 2 bulan setelah
tanam, karena pada umur 2 bulan setelah tanam cabe sudah berbuah sehingga dalam
perawatannya akan mengganggu atau merepotkan dalam penggunaan pestisida maupun pemberian
pupuk, karena kebutuhan pupuk dan pestisidanya berbeda, masa panennya juga
terlalu jauh jaraknya sehingga tidak dapat menunggu tanaman sisipan tersebut
untuk panen artinya saat panen tanaman lain sudah tidak produktif lagi.
5.4.4. Pengajiran
Pengajiran
sangat penting dalam budidaya cabe, pengajiran menggunakan kayu dengan posisi
tegak searah pertumbuhan cabe. Ajir ini berfungsi untuk menopang tanaman cabe,
selain itu ajir juga berfungsi untuk tempat mengikat batang cabe. Kayu untuk
ajir ini harus kuat karena jika cabe sudah berbuah maka cabe akan berat dan
tidak mampu menopang tubuh dan buahnya, untuk itu ajir diikat keliling dengan
tali.
5.4.5. Pengikatan
Pengikatan
batang cabe dilakukan 3-4 kali sampai berbuah (panen) guna untuk menahan batang
cabe agar tidak miring dan rebah akibat terpaan angin dan beratnya cabe. Pengikatan
dilakukan dengan tali rapia dengan teknik zigzag atau berbentuk angka 8 (delapan)
dengan ikatan yang agak longgar agar batang cabe tidak tergesek/terbentur
dengan ajir dan juga memberi ruang bagi cabe untuk bergerak. Selain itu
sekeliling cabe juga diikat dengan tali rapia atau tali nilon yaitu melilitkan tali ke kayu ajir guna
untuk menahan batang cabe agar tidak rebah dan keluar dari bedengan.
5.4.6. Perempelan/ Pemiwiwilan
Perempelan
dilakukan mulai umur 14 HST (hari setelah semai) sampai masa produksi habis
atau sampai tanaman mati. Perempelan/pemiwilan dilakukan 2 kali seminggu dengan
merempel tunas yang tumbuh diketiak daun agar tidak mengganggu pertumbuhan cabe
dan pertumbuhannya konsentrasi ke batang dan buah. Tanaman yang terkena
penyakit dan virus tidak diperbolehkan dirempel atau dipegang agar terhindar
dari penularan penyakit dan virus ke tanaman lain.
5.4.7. Pemberian
Pupuk Susulan
Pemupukan sangat penting bagi
pertumbuhan vegetatif aktif (daun dan tunas) maupun generatif (buah dan biji).
Pemupukan dilakukan dengan cara penyemprotan pupuk daun seperti baypolan dan
growmore, selain pupuk daun cabe juga diberi pupuk NPK, TSP, ZA, CPN dan KCL
dengan teknik sebagai berikut:
a. Umur
1-30 HST (hari setelah tanam) pupuknya adalah: 4 kg NPK+1/2 kg CPN+1 kg TSP+30 L
air pupuk kandang diaduk sampe hancur pupuknya, lalu diambil dari campuran
tersebut 1/2 L+1,5 L air pupuk kandang+8L air biasa, kemudian dipupukkan ketanaman
dengan takaran 250m L/tanaman.
b. Umur
31-60 HST (hari setelah tanam) pupuknya adalah: 4 kg NPK+1/2 kg CPN+1 kg ZA+30 L
air pupuk kandang diaduk sampe hancur. Tekniknya sama dengan tahap pertama namun
bedanya pupuk TSP diganti dengan ZA
c. Umur
61 hari-panen (sampe akhir produksi) teknik pemupukannya sama dengan tahap 1
dan tahap ke-2, bedanya pupuk ZA diganti dengan KCL.
5.4.8. Pengendalian
Hama dan Penyakit
Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan saat umur 15 HST dengan berbagai jenis fungisida,
insektisida, dan pupuk daun dengan cara penyemprotan dengan alat semprot (Kep)
bermuatan 15L. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali yaitu dengan teknik yang
dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel
3. Jenis Pestisida yang digunakan dalam Pengendalian Hama
dan Penyakit
No.
|
Minggu
|
Jenis
pestisida
|
Dosis
|
1.
|
Minggu I
|
Baypolan (pupuk daun)
Aurora (fungisida)
Lannate (insektisida)
|
15 mL
15 mg
15 mg
|
2.
|
Minggu II
|
Baypolan (pupuk daun)
Pegasus score (insektisida)
Score (fungisida+zpt)
|
30 mL
12,5 mL
5 mL
|
3.
|
Minggu III
|
Growmore hijau (pupuk daun)
Curacron (insektisida)
Dithane M-45(fungisida)
|
30 mg
30 mg
30 mg
|
4.
|
Minggu IV
|
Growmore hijau (pupuk daun)
Lannate (insektisida)
Aurora (fungisida)
|
30 mg
30 mg
30 mg
|
5.
|
Minggu V
|
Growmore merah (pupuk buah)
Pegasus score (insektisida)
Score (fungisida+zpt)
|
30 mg
12,5 mL
5 mL
|
6.
|
Minggu VI
|
Gandasil buah (pupuk buah)
Curacron (insektisida)
Aurora (fungisida)
|
30 mg
30 mg
30 mg
|
7.
|
Dst
|
|
|
Pupuk
daun, Insektisida dan fungisida diberi secara bergantian, pada umur 2 bulan pupuk
daun memakai growmore merah atau gandasil B untuk memacu pertumbuhan bunga dan
buah, penggunaan growmore merah dengan gandasil B dilakukan secara bergantian,
sesekali diberi growmore coklat yaitu pupuk daun yang mengandung Ca (kalsium)
untuk menghindari terjadinya buah rontok dan patahnya dahan dan batang, karena
Ca merupakan kandungan yang memperkuat tulang baik bagi manusia, hewan maupun
tumbuhan.
Selain perlakuan diatas juga dilakukan pengendalian hama
dengan memasang perangkap lalat buah bermerek leila dan glumon. Perangkap lalat
buah adalah formula lem lalat yang memiliki warna dan aroma yang sangat disukai
lalat buah. Pemasangan perangkap ini yang tepat saat pembungaan sampai panen.
Teknik
pemasangan perangkap lalat buah adalah:
1) Glumon/Leila
berukuran 50 mL dapat dioles 17-20 botol berukuran 500mL, (2) Jarak titik perangkap 20 m × 20 m.
2) Tinggi
perangkap sesuaikan dengan tanaman (80-100 cm).
3) Penggantian
Leila/glumon dilakukan 2 minggu sekali karena lemnya sudah tidak efektif dan
sudah dipenuhi oleh lalat buah.
Gambar 6. Perawatan
Pengajiran
|
Pengikatan Batang cabe
|
Penyemprotan
|
Perempelan/pemiwilan
|
Pemasangan Perangkap
Lalat Buah
|
Pengikatan Ajir
|
5.5.
Panen
Di
Kelompok Tani Maju Bersama cabe mulai dipanen saat berumur 3 bulan setelah
tanam dengan ciri-ciri buah masak-matang yaitu warna buah yang sudah mengalami
perubahan menjadi merah sebagian buah dan merah seluruh buah, selain itu buah
yang mengalami kerusakan baik terserang penyakit maupun hama juga dipanen untuk
mengantisipasi terjadinya penularan yang diakibatkan penyakit dan virus
tersebut. Setelah melakukan pemanenan pohon cabe disemprot dengan fungisida
agar terhindar dari serangan jamur. Jumlah panen minggu pertama 30-100 kg/ha,
puncak pemanenan saat cabe berumur 5 bulan setelah tanam yaitu pada saat panen
ke 12-18 dengan jumlah panen 700-800 kg/ha sekali panen. Cabe dipanen dengan frekuensi
4 kali seminggu sebanyak 10 orang/Ha (purwohadi 2011).
5.6.
Pascapanen
Penanganan
pascapanen di Kelompok Tani Maju Bersama dilakukan secara sederhana yaitu menyortir
buah yang jelek dan rusak dengan memisahkannya dari buah yang bagus, setelah
itu dilakukan pengemasan cabe dalam karung/goni lalu di jahit dengan tali,
kemudian langsung dijual ke agen.
VI.
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Setelah
melakukan praktek lapang maka penulis menyimpulkan bahwa teknik budidaya di
Kelompok Tani Maju Bersama sangat baik, karena aplikasinya yang terorganisir
dengan baik mulai dari pengolahan lahan, pangolahan tanah, penyemaian,
perawatan sampai panen menerapkan cara yang berpedoman pada pengalaman dan
penelitian petani dilapangan. Tekniknya sudah teruji sering berhasil dan hasil
panennya mencapai 90%. Selain itu mereka juga memilih mengantisipasi dari pada
mengobati misalnya melarang merokok di areal kebun cabe karena mengantisipasi
tercemarnya virus akibat asap rokok karena tembakau merupakan satu family
dengan cabe yaitu Solanaceae. Perawatannya
intensive dan penggunaan fungisida, insektisida serta pemupukan yang tepat
dosis, tepat cara dan tepat waktu. Penyemprotan dilakukan dengan berbagai jenis
pestisida secara bergantian agar tidak terjadi residu pada tanaman dan kandungan
pestisida yang tidak sama dapat melengkapi kekurangan antar merk pestisida.
6.2. Saran
Berdasarkan
pengamatan selama praktek lapang, maka penulis menyarankan, sebaiknya
penggunaan pestisida kimiawi harus diperhatikan dengan baik karena penggunaan
pestisida kimiawi menyebabkan kesuburan tanah akan berkurang, dan hama-hama
akan resisten terhadap pestisida. Selain itu waktu penanaman sebaiknya diakhir
musim kemarau dan saat musim hujan cabe akan panen, saat musim hujan maka harga
cabe naik tinggi karena banyaknya kegagalan saat musim hujan diakibatkan hama
dan penyakit yang melimpah.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2007. Budidaya Cabe Merah Pada Musim Hujan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Anonim. 2008. Panduan
Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabe. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Anonim. 2009. Teknik
Budidaya Cabe.
http//.www.BadanPenelitiandan PengembanganDepartemenPertanian.com. Diakses
pada tanggal 08 Desember 2010. Pukul 14.10.
Anonim. 2010a. Budidaya cabe merah. http//www.budidayapertanian.com. Diakses pada tanggal 08 Desember 2010. Pukul 14.00.
Anonim.
2010b. Keadaan Geografis Kota Pekanbaru.
http://fajarfebrian. Wordpress.com//.
Diakses pada tanggal 22 Februari 2011. Pukul 22.15.
Harpenas, A, Dermawan, R. 2010. Budidaya Cabe Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Purwohadi. 2011. Hasil wawancara. Tanggal 20 Februari 2011. Pukul 15.00
Samadi, B. 1997. Budidaya cabe merah secara komersial. Yayasan Pustaka Nusantara.
Yogyakarta.
Setiadi. 2008. Bertanam Cabe. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Lampiran 1
CONTOH
KUISIONER
1.
Jenis-jenis cabe apa
saja yang dibudidayakan?
2.
Langkah
apa saja dilakukan pratanam?
3.
Jelaskan
pengolahan tanah dan pembuatan bedengan?
4.
Bagimana teknik
pembibitan cabe?
5.
Pada
umur berapa cabe dapat ditanam dilapangan?
6.
Berapa jarak tanam
cabe?
7.
Teknik perawatan cabe:
a.
Penyiraman
b.
Pemupukan
c.
Pengajiran
d.
Penyulaman
e.
Perempelan/pemiwilan
f.
Pengikatan
g.
Pengendalian hama dan
penyakit
Jelaskan bagaimana teknik
aplikasinya?
8.
Pada
umur berapa cabe berbuah?
9.
Hama
dan penyakit apa saja yang terdapat pada tanaman cabe?
10. Jelaskan
sistem panen cabe?
11. Bagaimana
penanganan pascapanen?